Tepat hari Jumat, 27 Maret 2015 yang lalu Siswi SMAIT As-Syifa Boarding School angkatan 6 (Arcturus) yang kini menduduki kelas 10 juga beberapa siswi kelas 11 melaksanakan bantara. Bantara adalah tingkatan syarat-syarat kecakapan umum pertama dalam satuan pramuka penegak sebelum penegak pelaksana, untuk dapat lulus Bantara, terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi.
Setelah apel dan pelepasan oleh Pak Feri, siswi kelas 10 https://write-essay4me.com https://write-essay4me.com https://write-essay4me.com SMAIT AsSyifa Boarding School berangkat pukul 07.30 menaiki truk. 2 truk untuk siswi dan panitia, 1 truk untuk barang sekaligus ustadz yang akan menemani perjalanan. Tiba di daerah perumahan yang akan menjadi start hiking sekitar pukul 10 pagi lalu 5 sangga memulai perjalanan sebelum zuhur dan 4 sangga lain sesudah zuhur. Arcturus dibagi dalam 9 sangga yang tiap sangganya terdiri dari 7-11 orang. Urutan keberangkatan berdasarkan kelompok mana yang dapat menjawab dari Pak Dedeng dan Pak Ucup.
Contoh pertanyaan yang diberikan oleh Pak Ucup dan Pak Dedeng*:
dan juga beberapa pertanyaan kocak yang lain.
Sebelum sangga pertama memulai perjalan, siswi yang sakit memulai start terlebih dahulu untuk hiking bersama para ustadz, beberapa panitia dan bunda yang mendampingi untuk meminimalisir kejadian yang tak diinginkan. Jangan tanya mengenai jarak, sebab perjalanan menuju Cupunegara ditempuh selama kurang lebih 7 jam ditambah dengan beban yang berat dan jalanan yang cukup terjal, juga hujan, namun bagi Arcturus tentu hal ini adalah pemacu semangat yang menjadikannya kuat, InsyaAllah.
“Pokokna mah, sejak kalian menginjakkan kaki di truk, perjalanannya kurang lebih 40 km” Pak Diki berucap setelah selesai bantara.
Dalam perjalanan, terdapat 4 pos yang harus dilewati. Pos pertama yang menguji tentang sejarah pramuka, kita harus menjawab pertanyaan yang diberikan oleh panitia, Pos Kedua berkaitan dengan P3K (cara mengatasi orang yang terluka dan membuat tandu), pos ketiga membahas tentang sandi, morse dan lain-lain dimana tiap sangga harus dapat memecahkan sandi yang dibuat panitia dan pos 4, pos terakhir tentang tali temali dan tenda.
Sangga terakhir tiba di tempat sekitar pukul 21.00, Para ustadz tengah membangun tenda tambahan ketika sangga terakhir tiba. Siswi yang baru tiba dipersilakaan berwudhu untuk sholat isya dan maghrib. Tak lama, Allah menurunkan keberkahannya melalui hujan deras sehingga seluruh peserta bantara harus kembali berjalan untuk mengungsi ke masjid setempat. Setelah tiba di masjid dan membersihkan badan juga sholat, peserta bantara berikut pantia dan guru pun tidur untuk melepas lelah karena seharian berjalan.
Hari kedua tiba dengan cepat, saat pagi-pagi seluruh peserta bantara harus bangun dan bersiap-siap untuk menuju tempat yang seharusnya dijadikan tempat bermalam peserta bantara. Setelah membersihkan masjid, seluruh peserta menuju ke lapangan untuk senam 1000 terlebih dahulu, yah, senam 1000, yang mana tiap gerakan dilakukan sampai hitungan 50, meski hanya berakhir dihitungan ke 800 hal tersebut tak urung tetap membuat peserta berkeingat. Tak lupa mengenai pelelangan barang. Barang-barang yang ditemukan di masjid dilelang-dicari-pemiliknya lalu yang mengaku sebagai pemilik harus banding 1 seri untuk tiap barang yang ditinggalkan. Hal ini dilakukan dalam rangka meningktakan rasa tanggung jawab peserta terhadap barang yang dimilikinya.
Setelah menyelesaikan kegiatan di lapangan, peserta bantara langsung menuju tempat berkemah dan membagi tugas, sebagian memasak untuk sarapan, sebagian yang lain membangun tenda bersama para ustadz. Menggunakan Alloc, peserta bantara memasak sarapannya, mulai dari nasi goreng hingga sup krim yang lezat pun menjadi menu masing-masing sangga. Setelah zuhur, terdapat materi dari Pak diki dan Pak Dayat mengenai semapur. Hujan deras pun kembali mengguyur peserta bantara saat materi berlangsung, hingga tenda yang dibangun mengalami kebocoran, alhasil, peserta yang sakit harus diungsikan kembali ke rumah warga. Warga Cupunegara yang amat baik dalam melayani tamu sangat membantu panitia dalam merawat peserta yang sakit. Setelah materi selesai, seluruh peserta pun ‘terpaksa’ harus kembali ke masjid karena keadaan yang tidak memungkinkan.
Karena Allah lebih mengetahui yang terbaik bagi hamba-Nya, maka yang seharusnya malam itu diadakan api unggun diganti dengan kebersamaan yang lain, minum susu hangat, hingga pemakaian koyo berjamaah. Malam itu pun, kembali peserta dan panitia bantara habiskan di masjid.
Hari Terakhir pun tiba, dibuka dengan beres-beres masjid kembali dan sarapan, sebut saja sarapan romantis sebab peserta harus saling menyuapi peserta yang lain. Peserta kembali lagi ke tempat kemah dan merapikan tenda dan barang-barang yang ditinggal, Alhamdulillah ketika perjalanan pulang peserta tidak perlu membawa tas, hingga lebih meringankan perjalanan.
Pukul 08.00 peserta harus kembali hiking melewati track yang jauh lebih terjal dibanding sebelumnya, sebab hujan kembali turun membasahi jalan yang menjadi jalur yang harus kami lewati. Dibawah bukit tunggul peserta bantara berjalan untuk dapat kembali pulang, Seperti yang dikatakan, track yang luar biasa hingga peserta bantara harus rela berlumpur ria hingga seserodotan di bawah bukit tunggul juga membelah 4 gunung, melewati sungai dan sawah, tak lupa hujan yang untuk kesekian kali menghiasi perjalanan kami. Terimakasih untuk para guruyang rela mengorbankan tenaga dan kakinya demi keselamatan peserta bantara.
Kembali dengan keadaan berhujan ria kami menaiki truk untuk pulang ke As-Syifa, dan tiba di As-Syifa ketika maghrib. Bantara memberikan banyak sekali pelajaran nyata bagi peserta bantara, tangung jawab, kekompakan, kebersamaan, pengorbanan hingga cerdas dalam menjawab pertanyaan luar biasa dari Pak Dedeng dan Pak Ucup.
Semoga Allah memberikan keberkahan atas perjalanan panjang ini terutama bagi guru, panitia dan peserta bantara putri 2015, tak lupa kepada warga Cupunegara.
Leave a Comment