Ilustrasi.(inet) |
Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukan kepadamu, dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu https://whale-essay.com https://whale-essay.com https://whale-essay.com pengetahuan.” (QS. Thaha: 114), Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa salah satu kemuliaan agung dan kedudukan tinggi adalah menuntut ilmu bukan harta, tahta apalagi wanita atau gaya.
Ilmu juga merupakan warisan yang paling berharga dibandingkan kekayaan sebanyak apapun. Ilmu itu akan terus berkembang seiring berjalannya masa, sedangkan harta akan terus berpindah dari satu tangan ke tangan lainnya. Ada sebuah kisah yang sekiranya dapat dijadikan renungan bersama, tentang ilmu dan harta mana yang akan terus bertahta?
Bermula dari sebuah warisan yang dibagikan kepada 2 orang anak laki-laki dari seorang tukang cukur! Sang ayah hanya mewariskan sebuah rumah sederhana sebagai harta satu-satunya yang ia miliki semasa hidup. Kepemilikan rumah itu diatasnamakan ke anak laki-laki tertua dikarenakan pada saat itu sang ayah berfikir anak laki-laki pertamanya-lah yang akan meneruskan tanggung jawab keluarga walaupun hanya kepada sang adik, sedangkan laki-laki yang bontot hanya diberikan sebuah gunting rambut kesayangan sang ayah dan sebuah catatan kecil yang berisikan teknik-teknik menggunting rambut. Seiring waktu, kehidupan yang dijalani oleh kedua saudara ini terus berjalan, akan tetapi sang kaka malah terlibat utang yang sangat besar dikarenakan kehidupannya dihabiskan untuk hidup santai dan untuk membayar utang, sang kaka menjual rumah warisan ayahnya tersebut, tidak sampai di situ sang kaka pun melarikan diri dan melimpahkan sebagian utangnya lagi pada sang adik. Di tengah penderitaan yang dialami adik laki-lakinya, sang adik ingat bahwa ayahnya pernah memberikan sebuah gunting dan sebuah buku catatan, dengan mengucap bismillah , dengan usaha dan kerja keras berkeliling kampung menawarkan jasa sebagai pencukur ia berhasil meneruskan ilmu yang diturunkan oleh sang ayah bahkan kini ia memiliki kios sendiri dan hidup dengan harta yang mulanya tidak berada di tangannya. Harta dapat dengan mudah atau cepat musnah, sedangkan ilmu akan terus membuat kita maju. Warisan sang ayah yang paling bernilai bukanlah sebuah rumah tetapi keahlian mencukur rambut yang juga merupakan ilmu. Hal ini sebagaimana yang telah dikemukakan dalam al-Qur’an;
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujadilah: 11).
Dalam ayat ini juga, Allah meninggikan beberapa derajat orang beriman yang berilmu. Bahwa ilmu begitu penting dan memiliki posisi yang dimuliakan di sisi Allah, dengan ilmu manusia akan lebih baik menjalani hidupnya dan dapat mencapai kesempurnaan akhlak dan menjadi hamba-hamba yang taat kepada Rabb-Nya.
Ilmu yang bermanfaat akan melahirkan ataupun menghasilkan sesuatu yang bermanfaat pula, antara lain; membuat pemilikinya menjadi lebih beriman dan bertaqwa. Dan sebaik-baiknya ilmu adalah ilmu yang bisa menambah pengetahuan tentang Tuhannya serta bisa memperkuat keimanan dalam hati mereka menjadikan mereka semakin takut kepada Allah. Ilmu mencukur saja sudah memberikan banyak keuntungan bagi si empunya ilmu, apalagi ilmu agama? Dunia akan mengejar kita tanpa diminta.
Ilmu itu utama, harta mungkin kesekiannya! Banyak hadits yang menunjukkan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menyuruh umatnya mempelajari ilmu. Dalam kitab Bukhari misalnya, terdapat banyak sekali hadits tentang ilmu dan anjuran mencarinya. Imam Bukhari telah mengumpulkannya dalam satu bab tersendiri setelah bab iman dan disebutkan kitab “ilmu, lalu dibaginya ke dalam beberapa bab yang menjelaskan keutamaan ilmu, pergi mencari ilmu menulisnya, menghafalnya, memahaminya, dan merasa malu terhadap ilmu. Hadits-hadits tersebut antara lain, Dari Abu Darda’ radiallahu anhu, dia berkata: saya telah mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
“Barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu maka Allah memudahkan baginya jalan ke surga. Dan sesungguhnya malaikat membentangkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena puas dengan apa yang diperbuatnya, dan bahwasanya penghuni langit dan bumi sampai ikan yang ada di lautan itu senantiasa meminta ampun kepada orang yang pandai. Kelebihan si ‘alim terhadap si ‘abid adalah bagaikan kelebihan bulan purnama terhadap bintang-bintang yang lain. Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para nabi dan bahwasanya para nabi itu tidak mewariskan dinar dan dirham (kekayaan duniawi) tetapi para nabi mewariskan ilmu pengetahuan, maka barangsiapa yang mengambil (menuntut) ilmu maka ia telah mengambil bagian yang sempurna.
Betapa mulianya orang-orang yang menuntut ilmu. Para malaikat membentangkan sayapnya untuk menghormati orang yang menuntut ilmu. Ampunan serta doa-doa turut dipanjatkan oleh penghuni langit bumi serta lautan. Cukuplah bagi para penuntut ilmu berbangga hati dan merasa terpacu untuk selalu menuntut ilmu, karena mereka berusaha memperoleh warisan para nabi dan meninggalkan dunia untuk para pencari dunia.
Menuntut ilmu adalah merupakan pendekatan diri paling mulia yang dilakukan seorang hamba kepada Tuhannya dan menjadi bentuk ketaatan paling menonjol yang dapat mengangkat kedudukan seorang muslim serta meninggikan derajatnya di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi umat muslim, menuntut ilmu, berfikir dan mentafakuri serta memerangi diri dari kebodohan adalah sikap tegas yang harus di hadapi dan dilaksanakan dengan sebaik -baiknya. Allah telah menjelaskan bahwa ilmu akan bermanfaat bagi pemiliknya pada hari kiamat kelak yaitu salah satunya, ilmu yang diikhlaskan oleh seorang hamba kepada Tuhannya semata-mata guna mendapatkan ridha Nya.
Akan tetapi, dewasa ini kita mulai menyaksikan benih-benih kehancuran umat, selain arus-arus negative yang sulit untuk dibendung, kesadaran umat untuk memperbaiki diri masih sangat rendah dan mengkhawatirkan, kita dapat menyaksikan penyimpangan- penyimpangan mayoritas penuntut ilmu. Mereka menghalalkan segala cara dan berlomba-lomba memperoleh ijazah dan gelar keilmuan dengan tujuan agar memperoleh status sosial yang istimewa di hati masyarakat serta pekerjaan yang bisa mendatangkan banyak uang. Para penuntut ilmu sudah merasa cukup puas dengan ilmu yang mereka pelajari di universitas dan ijazah yang diperolehnya. Begitulah, ilmu bagi sebagian orang telah berubah menjadi media, bukan lagi tujuan.
Leave a Comment