Contoh hasil terjemahan yang keliru pada Google Translate di smartphone Androidscreenshot
Kelompok peretas memanfaatkan layanan penerjemah “Google Translate” untuk mencuri data pengguna. Praktik ini terdeteksi dan dilaporkan oleh peneliti Akamai Security, Larry Cashdollar.
Pencurian data tersebut menggunakan metode phising, di mana peretas menyebar tautan berbahaya ke email korban. Tautan itu disertai embel-embel menggiurkan dan jika ditekan, pengguna akan masuk ke situs Google Translate.
Peretas bersembunyi di balik URL Google Translate agar terkesan lebih meyakinkan. Selanjutnya, pengguna diminta untuk masuk (log in) kembali ke akun Google mereka, dan dari situlah pencurian data terjadi.
Trik semacam ini lebih mudah terdeteksi jika korban membuka tautan via desktop. Pasalnya, URL Google Translate hasil modifikasi peretas yang tampak pada toolbar, berbeda dari yang asli.
Pengguna yang peka dan lihai akan langsung mengetahui bahwa mereka sedang ditipu, sebagaimana dihimpun KompasTekno, Selasa (12/2/2019), dari ZDNet.
Namun, jika pengguna membuka tautan dari aplikasi Gmail di smartphone, URL-nya tak terlalu kentara. Tercapailah tujuan sang peretas untuk mencuri data demi kepentingan mereka.
Google bergegas angkat bicara soal metode phising ini. Sang raksasa mesin pencari mengklaim telah memblokir situs-situs yang berhubungan dengan phising tersebut.
“Kami mengetahui ada upaya phising dan telah memblokir semua situs mencurigakan secara tuntas. Jika ada pengguna yang menjadi target situs phising tertentu, bisa melaporkan ke safebrowsing.google.com dan bakal kami tindak lanjut,” kata perwakilan Google.
Contoh hasil terjemahan yang keliru pada Google Translate di smartphone Androidscreenshot
Kelompok peretas memanfaatkan layanan penerjemah “Google Translate” untuk mencuri data pengguna. Praktik ini terdeteksi dan dilaporkan oleh peneliti Akamai Security, Larry Cashdollar.
Pencurian data tersebut menggunakan metode phising, di mana peretas menyebar tautan berbahaya ke email korban. Tautan itu disertai embel-embel menggiurkan dan jika ditekan, pengguna akan masuk ke situs Google Translate.
Peretas bersembunyi di balik URL Google Translate agar terkesan lebih meyakinkan. Selanjutnya, pengguna diminta untuk masuk (log in) kembali ke akun Google mereka, dan dari situlah pencurian data terjadi.
Trik semacam ini lebih mudah terdeteksi jika korban membuka tautan via desktop. Pasalnya, URL Google Translate hasil modifikasi peretas yang tampak pada toolbar, berbeda dari yang asli.
Pengguna yang peka dan lihai akan langsung mengetahui bahwa mereka sedang ditipu, sebagaimana dihimpun KompasTekno, Selasa (12/2/2019), dari ZDNet.
Namun, jika pengguna membuka tautan dari aplikasi Gmail di smartphone, URL-nya tak terlalu kentara. Tercapailah tujuan sang peretas untuk mencuri data demi kepentingan mereka.
Google bergegas angkat bicara soal metode phising ini. Sang raksasa mesin pencari mengklaim telah memblokir situs-situs yang berhubungan dengan phising tersebut.
“Kami mengetahui ada upaya phising dan telah memblokir semua situs mencurigakan secara tuntas. Jika ada pengguna yang menjadi target situs phising tertentu, bisa melaporkan ke safebrowsing.google.com dan bakal kami tindak lanjut,” kata perwakilan Google.